Florian-Klauer@unsplash.com Gaes, pernah enggak baca tulisan fiksi yang membuat kita baper sebaper-bapernya? Serasa pingin nyubit si tokoh a...
Florian-Klauer@unsplash.com
Gaes, pernah enggak baca tulisan fiksi yang membuat kita baper sebaper-bapernya? Serasa pingin nyubit si tokoh antagonisnya (terutama emak-emak nih hehe) atau malah ingin jadiin si tokoh utama jadi mantu halah 😁
Kita juga bisa bikin cerita kayak gitu, lho ... Beneran ✌️
Caranya, Kak? Pertama niat dulu 💗💗
Kedua, coba simak deh tips berikut ini:
Gunakan Kelima Panca Indera
Tujuan menulis suatu cerita agar pembaca dapat ikut merasakan emosi yang kita ciptakan. Galilah perasaan itu melalui keberagaman diksi. Ketika kita ingin menceritakan suatu toko roti, buatlah pembaca seolah-olah memasuki toko itu, melihat-lihat produk yang dijajar di rak, memegang rotinya, mencium aromanya, mendengar musik pengantarnya bahkan merasakan nikmat rasa keju dari cheesecakenya.
Showing dan Telling yang Seimbang
Deskripsi yang dipakai dalam penulisan fiksi terdiri dari showing dan telling. Showing merupakan eksposisi atau pemaparan secara mendetil seperti poin sebelumnya. Dalam fiksi mini, showing dapat disampaikan melalui dialog sedangkan telling adalah pemaparan fakta-fakta. Telling hanya menggunakan satu indera saja yaitu penglihatan. Gabungkan keduanya secara seimbang sehingga cerita kita lebih 'hidup' dan memiliki ‘rasa’.
Riset
Sebelum membuat suatu tulisan terutama buku, gali informasi sebanyak-banyaknya terkait tema yang diusung. Bacalah minimal sepuluh buku pendukung untuk memperkuat dan memperkaya diksi. Tulisan mencerminkan sejauh mana wawasan yang dimiliki oleh seorang penulis. Enggak mau kan tulisan kita dinilai recehan, Gaes.
Temukan Gaya Penulisan yang Unik
Setiap penulis mempunyai gaya otentik sebagai pembeda dengan penulis lain. Dimaksud dengan unik di sini adalah kesan atau citra yang menempel pada tulisan. Keunikan ini didapat penulis dari hasil uji coba penulisan yang terus-menerus sehingga menghasilkan tulisan yang dianggap paling nyaman bagi dirinya.
So, Gaes jangan coba-coba meniru gaya penulisan orang lain ya karena kamu enggak bakalan sanggup!
Menguasai PUEBI dan KBBI
Menjadi seorang penulis wajib menguasai PUEBI dan KBBI. Tulisan yang rapi secara teknik, serta menjual dari segi tema akan berpeluang lebih untuk mendapatkan lamaran dari penerbit mayor/indie.
Buat Karakter yang Kuat dan Seimbang
Buatlah tabel karakter, sinopsis, dan outline sebelum membuat tulisan fiksi. Tabel karakter membantu penulis untuk konsisten dengan karakter tokohnya sedangkan sinopsis dan outline membantu agar penulisan tetap pada relnya. Konflik yang dimunculkan oleh si tokoh utama hendaknya kuat dan seimbang.
Penderitaan yang dialami dibuat senatural mungkin dalam artian ada dinamika antara kesedihan, kegagalan, dan kemenangan. Tugas penulis mengatur dinamika itu sehingga konflik yang tercipta berhasil membuat pembaca terus membalik halaman.
Dramatisir Cara Tokoh Menghadapi Masalah
Hal yang paling menarik dalam sebuah cerita adalah kemampuan si tokoh untuk menghadapi masalah yang datang. Tentang bagaimana menyikapi tokoh antogonis yang akan selalu membuat si tokoh utama 'menderita'.
Ciptakan konflik sedemikian rupa sehingga si tokoh utama bekerja keras untuk mencapai tujuannya. Bangun konflik untuk mencapai klimaks tak terduga yang membuat pembaca terkesan (twist ending).
Gimana? Udah siap kan bikin tulisan yang bikin baper. Yuk, kalo enggak sekarang kapan lagi coba (sambil toyor diri sendiri).
Disarikan dari berbagai kelas penulisan yang pernah diikuti oleh penulis. Kekurangan milik manusia, kesempurnaan hanya milik Allah Ta'ala. Semoga bermanfaat ya, Gaes!
#AlumniKelasPenaKreatif
Praktikkan ah, semoga bisa menulis fiksi yang bernyawa.
ReplyDeleteHayuuk bikin Mbak 😍
DeleteHuaaa jadi inget kata guru menulis saya mas sakti wibowo
ReplyDeletePoin2ny intiny sama
Tengs diingatkan mba
Macama Mbak Miyosi ... 😊
DeleteIlmunya keren. Bs dipraktikkan. Terima kasih
ReplyDeleteTabarakallah ... silakan dicoba Mbaksay
DeleteBisa dipraktekan ilmunya.
ReplyDeleteBisa Mbak, butuh latihan terus aja kok
DeleteTerima kasih ilmu nya mbak, semoga saya bisa mempraktekkannya.😊
ReplyDeleteAamiin Allahumma Aamiin 😊
DeleteAjarin dong mba Dewi cara nulis showing dan telling yang benar. Saya masih blm mahir nulis fiksi hehehe
ReplyDeleteSama-sama belajar kita Mbak ... Yuk, ikut kelas penulisan hehe
DeleteMantep bingit sharingnya...dicatet...praktek..praktek..praktek...
ReplyDeleteCuss ... Mak praktekin
DeleteOke gaesss
ReplyDeleteOk, Gaes sekian dulu sharingnya!
DeleteUdah kaya anak Jaksel belum Mbak 😎🤣
ampun dah kalau disuruh nulis fiksi tuh. suka nggak ngerti mau cerita apa lagi gitu. :(
ReplyDeleteSama aja Teh kaya non fiksi, buat outline dulu isinya plot pengenalan, konflik, klimaks, anti klimaks, penyelesaian :)
DeleteBermanfaat banget nih, makasih ya mb udah sharing.
ReplyDeletealhamdulillah, sama-sama Mbak
DeleteShow and tell yang seimbang, kadang saya masih sedikit pakai show. Banyakan Tellnya . Mau coba praktik, ah. Makasih ilmunya, Mbak 😊
ReplyDeletehayuk Mba dicoba, saya juga masih suka belibet di sini
DeleteNoted. Masih agak kesulitan di showing. Syusyah kalo menurut saya. Hehehe
ReplyDeleteho oh sama masih suka stuck juga di showing. Belajarnya nulis artikel duluan, giliran nulis fiksi jadi fiksi rasa artikel xixixi
DeleteNah ini, puebi dan kbbi.
ReplyDeleteMasih harus banyak buka kamus lagi. Ternyata masih banyak kosakata saya yg salah.
Sama Mbak, saya pun begitu :)
DeleteDuh jadi tergoda nulis fiksi lagi nih
ReplyDeletehayuuuk Teh, nulis fiksi itu seruuu ...
Delete