#reflect #thementor Setiap orang lahir sebagai pemimpin dan mempunyai potensi untuk menjadi nomor satu. Setidaknya hal itu...
#reflect
#thementor
#thementor
Setiap orang lahir sebagai pemimpin dan mempunyai potensi untuk menjadi nomor satu. Setidaknya hal itu yang saya tangkap di kelas The Mentor yang saya ikuti tadi malam. Deretan kata dari bait lagu Everyone is Number 1-nya Andi Lau yang dikutip oleh mbak Deudeu Desmiati sebagai pembuka materi, menjadi semacam mantra pembangkit semangat. Saking penasarannya saya sampai cari lagunya di Youtube.
Semua orang adalah nomor 1. Rahasia sukses ada di tanganmu. Tergantung Anda mau atau tidak. Berusahalah keras dengan sekuat tenaga dan setulus hati. Menjadi nomor 1 adalah milik semua orang -- Andy Lau
Terlahir sebagai anak biasa dari keluarga sederhana, membuat saya terbiasa menanggapi segala sesuatunya dengan datar. Sejak kecil tak berminat dengan yang namanya kompetisi, cenderung pasrah ke mana arah nasib membawa. Hal ini mungkin saja terpengaruh dari nilai-nilai dalam keluarga Jawa yang cenderung 'nrimo'.
Masa kecil saya dihabiskan dengan membaca banyak buku dan majalah. Kelas satu SMP, dengan menumpang metromini T-50 dari rumah di Perumnas Klender sampai ke Kampung Melayu untuk lanjut mikrolet ke toko buku Gramedia di Matraman. Jarak sejauh itu saya tempuh demi bisa mencium aroma buku yang berderet di rak display sambil sesekali membacanya sembunyi-sembunyi.
Kegemaran melahap buku semakin menasbihkan saya sebagai anak kecil yang ansos (anti sosial). Hal ini terbawa sampai SMA. Terbukti di raport nilai kreativitas dan interaksi dengan teman mendapat nilai C. Selama buku masih berkenan menjadi teman sejati, hal tersebut sama sekali tak membuat gusar. Minat untuk memimpin di kelas atau ekstra kurikuler sekolah pun jauh dari kamus hidup wkwkwk slow banget hidup gueh pada masa itu.
Kembali ke topik ya, sikap untuk menjadi seseorang yang tak menonjol masih saja terbawa sampai selesai kuliah. Mungkin karena saya merasa tak punya kelebihan yang bisa dibanggakan menurut kacamata pribadi, entahlah di mata orang lain. Kuliah di universitas ternama tak juga berhasil mengangkat rasa rendah diri. Pun berhasil lolos sebagai satu-satunya wakil dari alumni untuk diterima di perusahaan asing juga tak membuat bangkit dari kubangan rasa minder ... parah amat yak heu
Memasuki dunia kerja, barulah saya menyadari kalau punya potensi. Hal ini tak lepas dari beban pekerjaan yang makin meningkat. Sebagai anak kemarin sore, atasan dengan yakin menempatkan memimpin cabang hingga negeri tetangga. Dapat dikatakan potensi saya keluar dalam aneka kesulitan dan tekanan dari berbagai arah.
Tanggung jawab memimpin puluhan orang memaksa diri untuk keluar dari ruang nyaman nan sempit yang tanpa sengaja tercipta. Saya mulai berani mengambil risiko dan menanggung konsekuensinya. Namun, anehnya ada kepuasan yang belum pernah dirasakan sebelumnya setelah berhasil mengatasi halangan demi halangan. Hal itu membuat ketagihan. Meskipun kenyataannya, dalam hati menangis ketakutan menghadapi prosesnya.
Sejak itu, i wanna be number one dalam setiap kegiatan agar dapat menebar manfaat bagi diri maupun sesama lebih luas lagi. Walaupun seringnya gagal karena banyak faktor. Namun, mimpi untuk menjadi nomor satu atau paling tidak dapat bermanfaat bagi sesama tetap terpelihara. Melalui setiap goresan kata, ucapan, dan perbuatan yang diniatkan hanya untuk beribadah kepada Yang Maha Kuasa. Semoga tercatat sebagai amal jariyah.
Aamiin Allahumma Aamiin.
Aamiin Allahumma Aamiin.
COMMENTS