Akhir Kisah

Author: Tiena-nya Yusuf dan Dewi Hepy Suara gemercik hujan menyadarkan Rea dari mimpi indah di akhir malam. Suaranya terdengar berirama. Siu...


Author: Tiena-nya Yusuf dan Dewi Hepy


Suara gemercik hujan menyadarkan Rea dari mimpi indah di akhir malam. Suaranya terdengar berirama. Siulan angin pun  terdengar hingga menggetarkan jendela kamar. Hasrat hatinya ingin beranjak, tapi apa daya kelopak mata gadis itu susah sekali diajak kompromi.


Ribuan patahan air yang  menghunjam bumi indah terdengar, membuat Rea semakin enggan untuk  beranjak dari peraduan. Ia lebih memilih berlindung di bawah selimut hangat yang membalut tubuh sampai ke ujung leher.


“Titititit … Titititit ….” Tiba-tiba suara beker berbunyi menunjukkan pukul 6 pagi. Gadis berkulit bersih itu terperanjat. Teringat janji yang dibuat bersama Reno, kekasih hatinya.


[Pagi...Rea, sayang. Jangan lupa hari ini, ya! Kutunggu di tempat biasa]


Sebuah pesan dari Reno, mengawali pagi Rea yang indah.


***

Hujan pun mereda, seolah merestui rencana yang sudah dibuat. Rea berangkat menuju alun-alun Bandung, tepatnya ke pelataran mesjid Raya Bandung tempat favorit kedua insan untuk bertemu.


Sesampainya di sana ternyata Reno sudah lebih dulu menunggu.


“Hai, Reno!” sapa Rea sambil melempar senyum.


“Hai,” jawabnya singkat sambil membalas senyum pujaan hatinya dengan manis.


“Katanya, kemarin ada yang ingin dibicarakan. Ada apa ya?” tanya Rea penasaran.


“Ada yang ingin aku sampaikan ke kamu. Permohonan beasiswaku diterima oleh Flinders University Adelaide,” Reno menjelaskan. “Bulan depan aku sudah harus berangkat ke Australia,” tambahnya lagi.


Rea terdiam. Rasa membuncah seketika berubah. Hatinya bergejolak, ingin rasanya menumpahkan perasaan yang ada di hati tapi, bibirnya terasa kelu. Tak bisa berbicara. Hanya tetesan-tetesan hangat mengalir deras membasahi pipi. Rea tertunduk. Entah, perasaan apa yang harus ditunjukkannya pada Reno semuanya campur aduk.


“Kenapa harus di Australia, Reno?” katanya sambil terbata. “Kita akan jarang ketemu kalau kamu jauh di sana, aku enggak akan sanggup terpisah jauh darimu.” 


Rea terlihat berusaha sekuat tenaga menunjukkan ketegaran di depan kekasihnya, walaupun sepertinya usahanya sia-sia. Biar bagaimanapun beasiswa ke Australia merupakan impian buat Reno. 


“Aku tak akan pernah bisa mengunjungimu sampai kapan pun,” desah Rea sambil menggigit bibir.


***

Hari keberangkatan yang dinanti pun tiba. Rea sudah berdandan cantik sejak pagi. Sapuan bedak dan blush on tipis membuat  wajah cantiknya semakin segar. Tubuhnya bergerak ke kiri dan kanan di depan cermin sambil mematut gaun berbentuk a-line  berwarna peach. Hadiah yang dibelikan Reno saat ulang tahunnya yang ke sembilan belas. 


Mimik mukanya tampak berseri. ‘Aku tak boleh terlambat,' ujarnya dalam hati. Kakinya yang jenjang bergegas berlari menuruni anak tangga.


“Ma, pergi dulu yaaa ...”


“Mau ke mana sih pagi-pagi begini? Kan, kamu enggak ada kuliah akhir pekan. Habiskan dulu susu dan rotimu, Rea!” cerocos Mama sambil mengaduk adonan kue.


“Ada, deh. Ma. Aku bawa rotinya buat bekal di jalan ya,” timpal Rea sambil menyambar kunci mobil di atas kulkas.


“Hati-hati, Nak.” Suara Mama tenggelam bersama pintu yang menutup.


***

Di bandara, Reno berkali-kali melirik jam di pergelangan tangannya. Pukul 07.45 dan Rea belum juga kelihatan batang hidungnya. Tangannya tampak menggaruk kepala yang tidak gatal. Jari-jemarinya saling meremas, sesekali mengetuk-ngetuk kursi yang sedang didudukinya. 


‘Ayo, dong Rea kamu di mana? Satu jam lagi jadwal keberangkatan pesawatku. Aku ingin melihat wajahmu sebelum kita berpisah,' ujar batinnya risau.


Reno berkali-kali menghubungi ponsel Rea, tapi nadanya tak tersambung.


***

Sementara itu, Rea sedang asyik berkendara sambil mendengarkan alunan lagu See You Again-nya Wiz Khalifah dari radio di dalam mobil. Jam digital di dashboard menunjukkan pukul 08.00.


 'Ah, sepertinya masih sempat menempati janjinya untuk datang tepat waktu.' 


Rea tersenyum membayangkan pelukan dan ciuman yang akan diterimanya. Tak sabar ingin cepat sampai tujuan, kakinya menginjak lebih dalam pedal gas agar kendaraan bergerak lebih cepat. 


It's been a long day without you my friend

And I'll tell you all about it when I see you again

We've come a long way from where we began

Oh I'll tell you all about it when I see you again


***

Sepuluh menit lagi pesawat berangkat dan Rea belum juga datang. Reno tercenung. Air mukanya berubah mendung. Untuk terakhir kali ia menengok ke arah pintu masuk berharap melihat wajah kekasih yang selama setahun terakhir menemani hari-harinya. 

Hari ini seharusnya menjadi lembaran pertama Reno menapaki masa depan dan ia ingin Rea bersama untuk ikut merasakan bahagianya.


***

Tepat pukul 08.30 Rea tiba di lokasi. Selesai memarkir mobilnya di pelataran ia memasuki ruang tunggu dengan tergesa-gesa. Di tangannya penuh bunga, boneka, dan cokelat. Sambil mempercepat langkah, Rea setengah berlari menuju suatu ruang khusus. Dibukanya dengan perlahan pintunya, seolah-olah ingin memberi kejutan ke penghuni ruangan di baliknya.


 “Kak, Rea ...!”


Beberapa anak-anak kecil panti serempak memekik kegirangan melihat siapa yang datang. Lengan-lengan kecil berlari memeluknya. Rea berjongkok dan menciumi mereka satu persatu. Dibagikannya bunga, coklat, dan boneka kepada anak-anak malang yang telah menganggap Rea sebagai kakaknya itu. 


Manik bola mata mereka tampak berbinar menerima pemberian dari orang yang selalu datang menghibur setiap akhir pekan.


Di tengah keriuhan suara anak-anak, Rea sekilas menoleh ke jam yang melingkari tangan putihnya, tepat pukul 08.45, waktu keberangkatan pesawat Reno. 


‘Selamat tinggal Reno, belahan jiwa. Burung besi telah membawamu menjauh dari kehidupanku. Aku tak sanggup jika harus menjalani hubungan LDR* denganmu. Saatnya menutup lembaran buku tentang kita,' ujar Rea dalam hati seraya menyusut diam-diam bulir bening yang menggenang.


Perempuan dengan raut wajah keibuan itu memilih merayakan harinya bersama orang-orang yang kurang beruntung untuk menjadi penguat di saat menghadapi luka perpisahan. 


Aerophobia** yang Rea alami tak akan mampu membawanya mengunjungi Reno ke Benua Kanguru atau bahkan sekadar menemuinya di bandara. 


End.


**Trauma naik pesawat terbang 

* Long Distance Relationship


COMMENTS

Name

Content Placement,6,Curhat,1,English Version,1,Event,3,Featured,2,Fiksi Mini,16,Inspirasi,1,Mutiara Qalbu,8,Mutiara Qolbu,1,Prosa,1,Puisi,1,Ragam Artikel,8,Review Produk,4,The Zainal's,1,Tips,18,Traveling,3,Tutorial,1,Writing Tips,6,
ltr
item
Dee's Idea: Akhir Kisah
Akhir Kisah
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg53xwte-HYuuOYDnpa7Eow94H-GVq0BQMBxHgkQCLrjLy0HtfUmjbGR-VheEfyEadL9yC_8TJozSQjJgenWA8uAAz_XLn2Jy_AY6Mh0D8kzke6dpq7Fs0OI_O4YUuLACunSJbJWeeMkW1U/
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg53xwte-HYuuOYDnpa7Eow94H-GVq0BQMBxHgkQCLrjLy0HtfUmjbGR-VheEfyEadL9yC_8TJozSQjJgenWA8uAAz_XLn2Jy_AY6Mh0D8kzke6dpq7Fs0OI_O4YUuLACunSJbJWeeMkW1U/s72-c/
Dee's Idea
https://www.dewihepy.com/2018/12/author-tiena-nya-yusuf-dan-dewi-hepy.html
https://www.dewihepy.com/
https://www.dewihepy.com/
https://www.dewihepy.com/2018/12/author-tiena-nya-yusuf-dan-dewi-hepy.html
true
663427439463064019
UTF-8
Loaded All Posts Not found any posts VIEW ALL Readmore Reply Cancel reply Delete By Home PAGES POSTS View All RECOMMENDED FOR YOU LABEL ARCHIVE SEARCH ALL POSTS Not found any post match with your request Back Home Sunday Monday Tuesday Wednesday Thursday Friday Saturday Sun Mon Tue Wed Thu Fri Sat January February March April May June July August September October November December Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec just now 1 minute ago $$1$$ minutes ago 1 hour ago $$1$$ hours ago Yesterday $$1$$ days ago $$1$$ weeks ago more than 5 weeks ago Followers Follow THIS PREMIUM CONTENT IS LOCKED STEP 1: Share to a social network STEP 2: Click the link on your social network Copy All Code Select All Code All codes were copied to your clipboard Can not copy the codes / texts, please press [CTRL]+[C] (or CMD+C with Mac) to copy